-->

Lahirnya Manusia Agung

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Lahirnya Manusia Agung

13 October 2022

Lahirnya Manusia Agung

13 October 2022



Betapa beruntungnya, kita telah dijadikan umat dari seorang Nabi yang jasadnya bertemu dengan Ruhul Muhammdiyah. Betapa beruntungnya kita memeluk Islam—sebagai institusi agama—yang di dalamnya berbalutkan Islam sebagai esensi, yakni penyerahan diri. Apapun yang terkait dengan Nabi Muhammad SAW akan selalu agung dan istimewa. Kita—sebagai umat Nabi Muhammad SAW—menjadi ikut istimewa karena dikaitkan dengan beliau. 

Siapapun yang hatinya digoncang oleh rasa cinta yang mendalam pada Nabi Muhammad SAW, tentu saja pengin tahu sejarah hidup Nabi yang keseluruhannya mengandung kebaikan. Tak ada cacat sedikitpun yang terselip dalam perjalanan hidup beliau. Beliau disebut manusia yang maksum. Terjaga dari segala bentuk dosa. 

Apabila cinta pada kanjeng Nabi Muhammad SAW telah merasuk ke dalam hati, tentu saja pengin mendengar kisah-kisah beliau. Dan tak pernah bosan, meskipun diungkapkan secara berulang-ulang. Karena kisah beliau sebagai sarana untuk menghadirkan manusia agung itu sendiri ke dalam hati. 

Saya mencoba memulai dari kisah kelahiran Sayyidina Muhammad SAW. Beliau lahir di Mekah, pada malam 12 Robiul Awwal di Tahun Gajah. Disebut Tahun Gajah karena sebelum beliau dilahirkan, Abrahah bersama pasukannya dengan menunggangi gajah hendak menyerang sekaligus menghancurkan Ka’bah. Anda pasti bertanya, apa yang melatarbelakangi upaya penyerangan Abrahah terhadap Ka’bah? 

Abrahah iri dengan ramainya Mekah, sehingga dijadikan destinasi transitnya para pedagang. Dia memandang perputaran ekonomi bergerak sangat cepat disana, karena menjadi tempat berhimpunnya semua kafilah dagang. Dilandasi iri dengki tersebut, maka Abrahah hendak membuat tempat ibadah tandingan, berupa sebuah gereja yang sangat megah dan mewah. Orang-orang Mekah diundang untuk beribadah di tempat Abrahah. 

Akan tetapi, tak satu pun penduduk Mekah yang kepincut mengikuti arahan Abrahah. Puncaknya, ada seorang pemuda berkunjung ke aula buatan Abrahah, di sana dia mengeluarkan air besar. Demi mendengar peristiwa tersebut, kemarahan Abrahah meledak. Kemarahannya dia ungkapkan melalui deklarasi untuk menghancurkan Ka’bah yang selama ini menjadi pemicu iri hati Abrahah. Dia dengan pasukannya bergerak menuju Mekah dengan menunggangi gajah-gajah pilihan.  

Tentu saja, hadirnya pasukan gajah membuat kondisi Mekah gonjang-ganjing. Akan tetapi, kenyataan tidak semenakutkan seperti yang dipikirkan. Alih-alih Abrahah bisa merobohkan Ka’bah, justru dia bersama bala tentaranya binasa tersebab datangnya pasukan burung ababil yang melempari mereka dengan batu-batu dari neraka. Mereka pun mati hangus dan terbakar.  

Bunda Aminah mengandung manusia termulia sepanjang sejarah, dan sebentar lagi melahirkan. Dalam proses persalinan, Bunda Aminah ditemani oleh Bidan bernama Syifa, Ibunda Abdurrahman bin Auf. Di saat bayi itu lahir, Sayyidah Aminah melihat cahaya memancar darinya. Sejauh mata memandang hanya terlihat cahaya, sehingga menerobos istana-istana di Syam. Saat lahir, disebutkan tangannya menunjuk ke langit, menandakan betapa tingginya derajat beliau. Sementara kepalanya sujud di hadapan Allah. Mencerminkan betapa dekatnya beliau dengan Allah SWT.

Bersamaan dengan lahirnya Rasulullah SAW, sepuluh balkon istana Kisra runtuh. Api yang biasa disembah oleh orang Majusi, malam itu padam, disertai dengan runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhaira sebelum gereja-gereja itu amblas ke tanah.

Lahirnya beliau membuat seluruh semesta riang gembira. Bukankah ini sosok yang ditunggu sepanjang sejarah? Ditunggu sejak zaman Nabi Adam. Bahkan, disebutkan bahwa Nabi Adam as sengaja keluar dari surga karena saking besarnya kerinduan beliau pada Sayyidina Muhammad SAW. Bukankah di surga tidak ada proses beranak-pinak? Proses lahirnya keturunan hanya terjadi di bumi. 

Beliau lahir dalam keadaan tidak didampingi sang ayah. Karena di saat masih dalam kandungan, Abdullah bin Abdul Muthallib telah meninggal dalam perjalanan dagang. Beliau tak mengetahui bagaimana wajah ayahnya. Meski demikian, berjibun cinta tercurah pada beliau. Bermacam cinta tulus mengalir pada beliau. Bukan hanya dari ibundanya, tapi juga dari kakeknya, Abdul Muthallib. Paman-pamannya menaruh cinta yang mendalam pada beliau. 


Ketika beliau lahir, Tsuwaibah, budak Abu Lahab mengabarkan berita gembira pada tuannya, “Wahai Tuan, keponakanmu baru lahir, dan dia diberi nama Muhammad oleh kakeknya”. Demi mendengar kabar tersebut, Abu Lahab melonjak girang. Saking gembiranya atas kabar tersebut, Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah. 

Oleh karena kegembiraan dengan kelahiran Muhammad, Abu Lahab disebut setiap hari senin mendapatkan keringanan azab kubur. Kita tahu, Abu Lahab adalah sosok yang dicela oleh Al-Qur’an. Meski demikian, sebab dia gembira dengan lahirnya Nabi Muhammad, maka diringankan azab kuburnya. Lalu, bagaimana dengan orang beriman yang bergembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW? Tentu saja akan memeroleh kehormatan yang jauh lebih tinggi dari Allah SWT. 

Tsuwaibah tidak hanya dimerdekakan oleh Abu Lahab. Dia juga diberi kehormatan oleh Allah untuk menjadi perempuan pertama yang menyusui Nabi Muhammad SAW. Setelah disusui Tsuwaibah, maka datanglah kafilah Bani Sa’ad yang mencari anak-anak susuan. Mereka dihajar oleh kondisi paceklik. Karena itu, mereka keluar dari kampung mereka untuk mencari pekerjaan demi keluar dari jeratan paceklik tersebut. Mereka keluar dari kampung mereka menuju Mekah. 

Mereka mencari bayi yang berkenan disusui. Diantara perempuan yang mencari anak susuan tersebut, ada Halimatus Sa’diyah. Dari sekian orang sudah mendapatkan anak susuan. Sementara Halimah belum kunjung mendapatkan anak susuan. Dari sekian anak itu, tinggal anak bernama Muhammad yang belum bertemu ibu susuan. 

Mereka berpikir jauh kalau mengambil Nabi Muhammad. Mengapa? Karena biasanya yang berhak menafkahi seorang anak adalah ayahnya. Sementara anak bernama Muhammad sudah menjadi yatim sejak dalam kandungan. Ibunya belum tentu mampu. Dan kakeknya tidak memiliki kewajiban menafkahi. 

Karena sudah tak ada pilihan lain, Halimatus Sa’diyah dengan ikhlas mengambil Muhammad sebagai anak susuan. Benar saja, dia merasakan keajaiban setelah mengangkat Muhammad sebagai anak susuan. Semula Halimah bersama suaminya serta bayinya dijerat kesulitan. Keledai yang ditunggangi sangat lemah. Ontanya tidak mengeluarkan susu sedikit pun. Lalu apa yang terjadi? 

Ternyata, dia mendapati keledai terlihat semakin kuat, sehingga bisa mengangkut beban yang lebih banyak. Bukan hanya itu, onta yang dibawanya mengeluarkan susu yang melimpah, sehingga dia dan suaminya bisa menikmati susu hingga kenyang. 

Dia membawa Rasulullah SAW ke rumahnya. Dia merasakan keberkahan hadirnya manusia agung ini. Setiap jalan yang ditapaki bertumbuh rumput yang menghijau. Perubahan drastis kehidupan Halimatus Sa’diyah memancing ketertarikan tetangga kanan kirinya untuk mengikuti cara keluarga Halimah. Mereka ikut menggembalakan kambing-kambing mereka di padang rumput di mana Halimatus Sa’diyah menggembalakan kambingnya. Akan tetapi nasib tetap saja berbeda. 

Dari situ, hadirnya Nabi Muhammad telah memberi keberkahan bagi keluarga Halimatus Sa’diyah. Setelah tiga tahun berlalu, sudah saatnya Halimah mengembalikan Nabi Muhammad kepada ibunya. Akan tetapi, di hatinya masih terselip keinginan untuk memperpanjang perawatan beliau SAW. 


Setelah tiga tahun berlalu, dia minta izin ke ibunda Aminah untuk memperpanjang waktu untuk merawat beliau SAW. Bersyukur, Bunda Aminah mengizinkan. Sehingga tiba waktunya, ketika beliau sedang bermain bersama saudara susuannya, juga teman-temannya, beliau dibawa ke sebuah tempat, dan dibelahlah dadanya. Dibersihkan dengan air zam-zam. 

Mendengar peristiwa tersebut, hati Halimah kalut, takut terjadi apa-apa dengan beliau SAW. Tersebab kejadian itu, beliau SAW dikembalikan pada ibundanya. 

Dengan kembalinya Nabi Muhammad SAW ke pangkuan ibundanya tentu saja gelora kerinduan Bunda Aminah terobati. Hadirnya beliau SAW di pangkuan Bunda Aminah mengingatkan pada suaminya tercinta. Karena itu, Bunda Aminah mengajak beliau SAW untuk berziarah ke maqbarah ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthallib.

Setibanya di pekuburan sang Ayah, tentu saja beliau SAW yang masih kanak-kanak hanya bisa menumpahkan kerinduan pada sang ayah dengan melihat batu nisannya. Tidak terlintas bayangan sedikit pun seperti apa wajah ayahnya. Di samping pusara sang ayah, sembari disertai ibunya yang sangat menyayangi, beliau hanyut dalam kesedihan. 

Tidak selesai di situ, ketika air mata baru saja diseka, dalam perjalanan di Abwa’, bunda Aminah terlihat lemah dan sakit, yang kemudian memasuki penghujung kehidupannya di dunia. Beliau wafat di Abwa’. Sudah sempurna keyatiman beliau SAW. Di samping kehilangan ayah, beliau telah kehilangan seorang ibu yang tiada berhenti menyayanginya.     

Bersambung ......


BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang