Marhaban Yaa Ramadan
16 March 2023
Kajian terkait Ramadan diselenggarakan oleh setiap majelis taklim demi menyuntikkan semangat pada jamaah untuk hadir dalam samudera Ramadan. Di setiap masjid diadakan megengan yang berisi kirim doa dan kajian tarhib Ramadan. Bukan hanya di masjid, beberapa perusahaan juga tidak ketinggalan meminta materi kajian tentang Ramadan. Mereka menghimpun ilmu bagaimana Ramadhan berhasil dititi dengan sebaik-baiknya. Intinya, dimana-mana orang sedang berbincang tentang Ramadan.
Sebelum Ramadan tiba, Rasulullah Saw bersama sahabat sudah berbincang tentang Ramadan. Membicarakan bermacam keutamaan yang terkandung di dalamnya, sehingga mereka sangat bersukacita menyambutnya. Karena tahu keutamaan yang terkandung pada bulan Ramadan, mereka, bahkan menginginkan sepanjang tahun menjadi Ramadan.
Meski demikian, tidak semua orang bergembira menyambut Ramadan. Apalagi jika terlintas bayangan, hadirnya Ramadan membuat mereka tak lagi leluasa untuk makan-minum, apalagi makan-minum di tempat umum, terlebih di siang hari. Atau mungkin pedagang makanan—semoga tidak—merasa terancam dengan hadirnya Ramadan, karena di siang hari sudah pasti tak boleh menjual makanan. Andaikan memaksa berjualan, cenderung tidak akan selaris seperti bulan-bulan yang lainnya.
Iya, hanya orang beriman saja yang benar-benar bisa menyambut bulan Ramadan. Yakinlah, ketika kita menyambut Ramadan dengan sukacita dikarenakan besarnya rahmat ruhani yang Allah turunkan di bumi, maka Allah akan memberikan jaminan terhadap kehidupannya di bulan Ramadan.
Tengoklah, adakah orang yang kelaparan di bulan Ramadan? Bahkan kita malah mendapati makanan di masjid-masjid datang berlimpah. Allah tidak akan menelantarkan orang-orang yang beriman pada-Nya. Mungkin saja keuntungan dari usaha Anda menyusut, tapi Anda akan selalu diiringi kemudahan. Karena, sekali lagi, keamanan kita bukan karena usaha fisik yang kita tempuh, tapi karena besarnya jaminan Allah.
Memeluk Ramadan dengan Cinta
Jika Ramadan dianalogikan sebagai sosok manusia, maka dia datang dengan membawa bermacam keberkahan bagi orang yang hatinya terbuka, orang yang hatinya digenangi rasa cinta pada Allah. Pastikan sebelum Ramadan tiba, hati kita sudah diisi dengan cinta pada Allah, sehingga kegembiraan meluapi jiwa kita tatkala Ramadan hadir.
Persiapan menyambut Ramadan sudah dibentangkan semenjak dua bulan. Melalui Rojab, hati kita dibersihkan sebersih-bersihnya dengan mengagungkan istighfar, pertobatan pada Allah. Hadirkan suasana hati yang diliputi kehinaan di hadapan Allah, maka Allah akan mengubah hati itu terhiasi penuh dengan kemuliaan. Bukankah ketika orang “menjatuhkan” diri di hadapan Allah, sebentar lagi Allah angkat di derajat termulia? Seperti orang yang sujud, sebentar lagi dia duduk. Menghadap pada Allah dengan jiwa yang syahdu serta diliputi kemesraan.
Setelah hati dibersihkan di bulan Rajab, lantas Allah menghias hati kita di bulan Sya’ban, alias mengisi dengan kecintaan pada Sayyidina Muhammad Saw. Dikala hati dipenuhi dengan Sayyidina Muhammad, maka hati itu akan menarik di hadapan Allah. Tentu bukan karena pribadi orang tersebut, melainkan karena di dalam hati orang itu terukir nama kekasih-Nya.
Ketika hati sudah dipenuhi dengan cinta, maka kita siap meneguk madu Ramadan yang begitu lezat. Karena itu, puasa Ramadan tidak diserukan pada semua manusia. Hanya diserukan pada orang-orang beriman. Beriman bukan hanya percaya, tapi cinta pada Allah Swt.
Iya, puasa Ramadan adalah ibadah cinta pada Allah. Karenanya, jaminan pahala langsung dari Allah. Tidak melalui prosedur atau birokrasi malaikat. Mengapa demikian? Karena puasa sebagai amalan rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya, sebentuk ibadah intim antara kita dengan Allah. Karenanya Allah menegaskan dalam bentuk hadis Qudsi :
أَجْزِيْ بِهِ وَاَنَا اَلصَّوْمُ لِيْ
“Puasa untuk-Ku dan Aku-lah yang memberikan pahalanya”.
Shalat bisa saja orang tahu. Bahkan terkait shalat wajib, kita dianjurkan untuk shalat berjamaah. Begitu juga zakat. Haji menjadi syiar yang diberitahukan pada banyak orang, sehingga berbondong-bondong orang mendatanginya untuk meminta doa. Bukankah ada keberkahan dari orang yang baru menunaikan haji? Sementara puasa berbeda. Tidak ada yang mengetahui, kecuali Allah dan kita saja yang tahu bahwa kita berpuasa.
Memang, Ramadan menjadi sebuah kesempatan menjalin kemesraan kita dengan Allah Swt. Jika kita benar-benar berpuasa karena Allah, maka seluruh dosa-dosa kita di masa lalu dan akan datang diampuni oleh Allah. Artinya, Allah rida pada kita. Jika Allah sudah rida pada kita, maka kita telah mendulang segala-galanya. Bukankah rida Allah melebihi daripada surga?
0 comments