-->

Aku Khalifah

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Aku Khalifah

01 September 2023

Aku Khalifah

01 September 2023


Sebelum diciptakan, Allah sudah mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hanya saja, ada sebagian manusia yang sukses menempatkan dirinya sebagai khalifah, sedangkan sebagian lainnya gagal dan meluncur ke jurang kehancuran. Ketika manusia menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah dengan sungguh-sungguh, Allah meridhai sebagai hamba-Nya, maka dia akan menjelma sebagai khalifah. Dia menjadi cerminan yang indah bagi lingkungan. Dia juga menjelma sebagai agen perubahan dimana pun dia berada. 

Tapi, ketika manusia tidak bisa menghamba dengan sungguh-sungguh, kekhalifahan yang disematkan pada manusia itu hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, menyulut konflik, dan terjadinya pertikaian yang tidak berujung. Mereka tidak pernah merasa cukup dengan luasnya capaian, bahkan harus mengorbankan dan menggusur orang lain.

Menyadari diri sebagai hamba akan mengendalikan seseorang dari menyakiti sesama. Orang lain selamat dari dirinya. Tentu saja, dalam hati tidak menyimpan kesombongan pada siapapun. Bukankah kesombongan itu yang sering menjadi pemicu untuk menyakiti orang lain sekaligus membuat kerusakan? Bukankah orang sombong itu merasa benar sendiri, sementara orang lain dianggap salah sehingga dia mudah merendahkan orang lain? Iya, kezaliman sering keluar dari orang yang sombong.


Tengoklah, bagaimana Namrud, Qorun, Fir’aun, dan Abu Jahal serta Abu Lahab, yang mana mereka tidak hanya menolak kebenaran yang diserukan para Nabi, tapi mereka juga bergerak membuat kerusakan di muka bumi. Hingga kini, mereka semua diabadikan sebagai orang-orang yang terlaknat. Jika orang belum benar-benar menjadi hamba, maka dia akan lebih sering menyakiti orang lain.

Berbeda halnya, ketika orang telah berhasil menjadi hamba, Allah akan mencintainya. Tentu saja, Allah tidak hanya mengangkatnya sebagai hamba semata, tapi dia juga akan disemati sebagai khalifah Allah. Menjadi wakil Allah dalam menyebarkan rahmat-Nya di muka bumi.

Khalifah telah mengikis harapan pada makhluk. Dia hanya ingin terus berkontribusi dan berbagi dengan orang lain. Dia menjelma sebagai khalifah, karena dirinya telah dipenuhi semacam kebahagiaan, kekayaan ruhani yang tak bisa dilukiskan. Bukankah hanya orang kaya yang bisa berbagi dengan sesama?

Sementara orang yang tak punya apa-apa akan selalu berharap mendapatkan. Kalau ada orang yang selalu ingin dihormati dan dihargai oleh sesama, itu karena dia sendiri belum memeroleh penghargaan dari Allah. Ketika Allah telah memuliakan dan menghargainya, maka dia tak lagi butuh penghargaan dari makhluk.

Sebaliknya, dia menjadi sangat senang menghargai sesama. Karena kebutuhan—harapannya—tidak tertuju pada makhluk, maka sangat tidak bisa dikuasai, alias tak bisa disakiti oleh makhluk. Bukankah rasa sakit itu terbit seiring adanya harapan pada makhluk? Sementara orang yang bersandar pada Allah saja, maka hanya kebahagiaan saja yang diperoleh.


Sebagai hamba, dia telah mencetuskan kemakmuran bumi dengan banyak menyebut nama Allah. Dimana saja dia berjalan senantiasa menghadirkan nama Allah. Tidak ada petak bumi yang dia tapaki kecuali dia selalu ingat Allah, karena disusupi perasaan butuh pada Allah saja. Sementara pada sesama, dia makmurkan hati manusia dengan kebahagiaan. 

Dia tak pernah tega menyakiti, melukai, apalagi menyiksa manusia. Dia selalu fokus pada agenda membahagiakan sesama. Selain itu, dia telah berhasil mengontrol dirinya sendiri, tak ada satu pun makhluk yang mampu menguasainya. Dan seseorang bisa selamat dari penguasan makhluk ketika dia tidak berharap padanya.

Sebaliknya, orang yang menambatkan harapan pada makhluk, berarti dia sedang membiarkan dirinya dikuasai oleh makhluk. Tertimbun dalam kesadaran yang terjauh bahwa tak ada satu pun makhluk yang bisa memuaskan manusia sepenuhnya. Hanya Allah yang bisa mencurahkan kepuasan pada manusia. Ingatlah, kepuasan itu berasal dari kedua belah pihak.

Dengan kesadaran bahwa kita tak bisa mengontrol orang lain, tapi kita bisa mengontrol diri sendiri. Kita tak bisa menjamin setiap orang menyukai dan puas dengan apa yang kita berikan, meski kita telah mencurahkan dengan maksimal. Karena itu, memberilah karena Allah, sehingga kita tak merasa sakit ketika orang mengumbar kecewa atas apa yang kita sumbangkan.

Khalifah bukan hanya sekadar memberi, tapi dia juga menjaga dirinya agar tidak dikuasai dan dimiliki oleh siapapun, kecuali Allah. Siapapun tak bisa menguasai, tidak bisa memperbudak, juga tidak bisa menyakitinya. Kalau kita renungi secara mendalam, sebenarnya rasa sakit yang mendera kita bukan sepenuhnya karena perlakuan buruk orang lain pada kita, namun dikarenakan sikap kita yang mengizinkan orang lain menyakiti kita. Kalau kita tak mengizinkan terpengaruh dengan sikap buruk orang lain, maka kita akan hadir sebagai khalifah terhadap segala realitas yang menyapa kita.

Jika Anda, misalnya, sudah terbiasa memberi kepada seseorang. Lalu, orang yang sudah Anda perlakukan baik itu membalasnya dengan keburukan. Maka, jika Anda sadar sebagai khalifah, orang tersebut sama sekali tak meninggalkan rasa sakit di hati Anda. Bahkan timbul belas kasih dalam diri Anda, karena orang itu bisa berbagi kebaikan. 

Bukankah hanya orang yang memiliki kebaikan yang bisa berbagi kebaikan? Dia tak bisa membagikan kebaikan jika tak punya kebaikan. Seperti halnya bunga mawar, meski tidak diminta, siapapun yang berada di dekatnya akan ikut merasakan semerbak wanginya. Begitu juga, orang baik hanya memberi kebaikan. Sementara orang buruk hanya bisa menyuguhkan keburukan.

Dikala orang telah terserap dalam kehambaan dan kesadaran sebagai khalifah, maka dia akan menjadi orang yang beruntung, yakni menjadi kekasih Allah. Sebagai hamba, dia terus merunduk, tertimbun dalam rahmaniyah Allah. Sementara sebagai khalifah, dia terus berbagi kebahagiaan pada orang lain, sekaligus membentengi dirinya dari setiap bahaya yang menyentuhnya. Jiwa sebagai hamba dan khalifah telah berjalan dengan baik, maka orang tersebut telah menjelma sebagai orang beruntung.

Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu, dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung.” (QS. al-Hajj: 77)

 

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang