-->

Betapa Eloknya Akhlak Nabi Muhammad SAW

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Betapa Eloknya Akhlak Nabi Muhammad SAW

06 October 2023

Betapa Eloknya Akhlak Nabi Muhammad SAW

06 October 2023


Mungkin Anda begitu tertarik dengan indahnya bunga, terpesona dengan cahaya purnama, terpukau oleh lautan biru yang begitu luas sepanjang mata memandang, atau mungkin saja Anda terkagum-kagum dengan kecantikan seorang gadis. Meski terkesan indah, masih ada keindahan yang lebih agung daripada itu semua, yakni keindahan Sayyidina Muhammad Saw. Semua keindahan yang tersebar di alam semesta ini—seolah—telah berhimpun dan menyatu pada Nabi Muhammad Saw.

Dalam kisah para Nabi, kita mengetahui bahwa Nabi Yusuf a.s disebut sebagai Nabi yang paling tampan. Saking tampannya, seorang wanita tercantik di zamannya sangat menaruh hati pada Nabi Yusuf a.s, yakni Zulaikha. Bahkan, ketika dayang-dayangnya disuruh untuk memotong buah, lalu di depannya melintas Yusuf a.s, perhatian mereka semua mendadak tersedot pada Nabi Yusuf, sehingga tak terasa jika jemari mereka teriris belati. 

Menurut Abuya Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki, ketampanan Nabi Yusuf a.s masih separuh dari ketampanan Sayyidina Muhammad Saw. Bahkan saking sempurnanya, Nabi Muhammad Saw dilukiskan oleh Zaid bin Tsabit, “Engkau diciptakan bersih dari segala cacat, seakan kau diciptakan seperti apa yang kau kehendaki”.

Di dalam Samail Muhammadiyah digambarkan bahwa wajah Sayyidina Muhammad seperti purnama. Sungguh sangat indah. Keindahan tidak berhenti pada postur fisik beliau. Bahkan lebih dari itu, terletak pada keindahan beliau yang terus saja membawa keindahan hingga sekarang. Tentu perlu disajikan tentang kisah keindahan akhlak beliau. Beliau bukan hanya menyempurnakan akhlak manusia, tapi beliau sendiri adalah pantulan dari akhlak yang sempurna. Beliau telah berperan sebagai teladan sempurna bagi semesta.

Akhlak beliau sebuah warisan yang terus mencengangkan dan mengagumkan bagi siapa saja. Sungguh benar jika Allah menyemati beliau berakhlak yang agung. Tentu Anda penasaran tentang kisah-kisah keindahan akhlak Nabi Muhammad Saw. Kisah tentang keagungan akhlak beliau, meski disampaikan berulang kali tetap saja tak pernah membosankan. Selalu menyegarkan jiwa. Selalu menggerakkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Sebuah kisah yang paling berkesan dan sudah sering kita dengar ceritanya. Meski demikian, tentu Anda akan selalu ingim mendengar dan membaca ulang kisah ini.

Beliau ditinggal wafat oleh dua tokoh yang menjadi perisai dakwah beliau, yakni Sayyidah Khadijah al Kubro dan pamanda Abu Thalib. Meninggalnya dua sosok tersebut membuat orang-orang kafir Quraisy semakin berani mengganggu serta menganiaya Nabi Muhammad Saw dan sahabatnya. Di tengah “duka cita” tersebut, beliau menjalani dakwah ke Bani Thaif. Setibanya di Bani Thaif, beliau langsung menuju ke tokoh setempat.

Alih-alih memeroleh penerimaan, justru beliau mendapatkan perlakuan yang tidak terhormat. Rasulullah Saw dilempari batu oleh penduduk Bani Thaif. Anak-anak, orang gila, dan orang dewasa bergabung melempari beliau dengan batu, sehingga tumit beliau berdarah. Zaid bin Haritsah segera bergerak pasang badan menjadi tameng Rasulullah, sehingga batu-batu itu mengenai tubuh Zaid bin Haritsah.

Penganiyaan sekaligus penghinaan itu sama sekali tak melukai hati Rasulullah. Beliau hanya menyudahi dengan kalimat, “Tak peduli apapun yang mereka lakukan, asalkan Engkau ridha, yaa Rabb”.

Tak hanya sampai disitu, bahkan belas kasih Rasulullah Saw terhadap kaumnya pun diuji. Beliau tak hanya berbuat baik pada orang yang berbuat baik pada beliau, tapi beliau juga berlaku baik pada orang yang berlaku jahat pafa beliau.

Malaikat Jibril a.s datang diikuti oleh Malaikat Penjaga Gunung, sembari menawarkan pada Rasulullah Saw untuk meratakan penduduk Bani Thaif dengan dua gunung yang berdiri kokoh di sekeliling mereka. Apa jawaban Nabi Muhammad Saw? “Tidak. Saya berharap dari sulbi mereka Allah keluarkan orang-orang yang menyembah Allah sebagai satu-satunya Tuhan, dan mereka tidak berlaku syirik pada Allah dengan segala apapun”, harap Nabi Muhammad Saw.

Bayangkan, meski disakiti, beliau sama sekali tak terpikir untuk menyakiti. Bahkan masih mengharapkan kelak anak-anak keturunan mereka beriman. Begitulah salah satu cuplikan keindahan akhlak Nabi Muhammad Saw.

Satu kisah lagi hendak saya suguhkan. Saya mengambil kisah di Perang Uhud. Ketika barisan umat Islam kocar-kacir setelah mendapatkan serangan balik dari kafir Quraisy yang dikomandani oleh Khalid bin Walid, orang-orang kafir Quraisy merangsek dan mendekat pada Nabi Muhammad Saw sebagai sasaran utama mereka. Tak ayal, dengan sekuat tenaga mereka menghantam Rasulullah Saw dengan baja. Pipi Nabi berdarah, dan giginya pecah. Dalam situasi kritis tersebut, seorang sahabat menyela, “Ya Rasulallah, Mengapa kau tidak mengutuk mereka?”. Rasulullah pun menjawab, “Saya tidak diutus untuk melaknat, tapi saya diutus untuk menjadi rahmat”.

Rasulullah Saw tidak hanya menyayangi umat yang mengikuti beliau. Bahkan orang yang sengaja merongrong dakwahnya pun memeroleh kasih sayang Nabi. Rasulullah memerangi mereka bukan karena kebencian, tapi hendak menghilangkan kebatilan agar tidak berlanjut. Bahkan kemarahan Rasulullah Saw pada orang kafir, menurut Syekh Ramdhan Buthi, seperti kemarahan seorang ayah pada anaknya. Berharap mendapatkan hidayah dari Allah Swt.

Karena beliau dipenuhi dengan cinta, itulah yang membuat akhlak beliau begitu indah. 

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang