Betapa Eloknya Akhlak Nabi Muhammad SAW
06 October 2023
Mungkin Anda begitu tertarik dengan indahnya bunga, terpesona dengan
cahaya purnama, terpukau oleh lautan biru yang begitu luas sepanjang mata
memandang, atau mungkin saja Anda terkagum-kagum dengan kecantikan seorang
gadis. Meski terkesan indah, masih ada keindahan yang lebih agung daripada itu
semua, yakni keindahan Sayyidina Muhammad Saw. Semua keindahan yang tersebar di
alam semesta ini—seolah—telah berhimpun dan menyatu pada Nabi Muhammad Saw.
Dalam kisah para Nabi, kita mengetahui bahwa Nabi Yusuf a.s disebut sebagai Nabi yang paling tampan. Saking tampannya, seorang wanita tercantik di zamannya sangat menaruh hati pada Nabi Yusuf a.s, yakni Zulaikha. Bahkan, ketika dayang-dayangnya disuruh untuk memotong buah, lalu di depannya melintas Yusuf a.s, perhatian mereka semua mendadak tersedot pada Nabi Yusuf, sehingga tak terasa jika jemari mereka teriris belati.
Menurut Abuya Sayyid Muhammad
Alawi al-Maliki, ketampanan Nabi Yusuf a.s masih separuh dari ketampanan
Sayyidina Muhammad Saw. Bahkan saking sempurnanya, Nabi Muhammad Saw dilukiskan
oleh Zaid bin Tsabit, “Engkau diciptakan bersih dari segala cacat, seakan kau
diciptakan seperti apa yang kau kehendaki”.
Di dalam Samail Muhammadiyah digambarkan bahwa wajah Sayyidina Muhammad
seperti purnama. Sungguh sangat indah. Keindahan tidak berhenti pada postur
fisik beliau. Bahkan lebih dari itu, terletak pada keindahan beliau yang terus
saja membawa keindahan hingga sekarang. Tentu perlu disajikan tentang kisah
keindahan akhlak beliau. Beliau bukan hanya menyempurnakan akhlak manusia, tapi
beliau sendiri adalah pantulan dari akhlak yang sempurna. Beliau telah berperan
sebagai teladan sempurna bagi semesta.
Akhlak beliau sebuah warisan yang terus mencengangkan dan mengagumkan
bagi siapa saja. Sungguh benar jika Allah menyemati beliau berakhlak yang
agung. Tentu Anda penasaran tentang kisah-kisah keindahan akhlak Nabi Muhammad
Saw. Kisah tentang keagungan akhlak beliau, meski disampaikan berulang kali
tetap saja tak pernah membosankan. Selalu menyegarkan jiwa. Selalu menggerakkan
kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Sebuah kisah yang paling berkesan dan sudah sering kita dengar
ceritanya. Meski demikian, tentu Anda akan selalu ingim mendengar dan membaca
ulang kisah ini.
Beliau ditinggal wafat oleh dua tokoh yang menjadi perisai dakwah beliau,
yakni Sayyidah Khadijah al Kubro dan pamanda Abu Thalib. Meninggalnya dua sosok
tersebut membuat orang-orang kafir Quraisy semakin berani mengganggu serta menganiaya
Nabi Muhammad Saw dan sahabatnya. Di tengah “duka cita” tersebut, beliau menjalani
dakwah ke Bani Thaif. Setibanya di Bani Thaif, beliau langsung menuju ke tokoh
setempat.
Alih-alih memeroleh penerimaan, justru beliau mendapatkan perlakuan yang
tidak terhormat. Rasulullah Saw dilempari batu oleh penduduk Bani Thaif.
Anak-anak, orang gila, dan orang dewasa bergabung melempari beliau dengan batu,
sehingga tumit beliau berdarah. Zaid bin Haritsah segera bergerak pasang badan
menjadi tameng Rasulullah, sehingga batu-batu itu mengenai tubuh Zaid bin
Haritsah.
Penganiyaan sekaligus penghinaan itu sama sekali tak melukai hati
Rasulullah. Beliau hanya menyudahi dengan kalimat, “Tak peduli apapun yang
mereka lakukan, asalkan Engkau ridha, yaa Rabb”.
Tak hanya sampai disitu, bahkan belas kasih Rasulullah Saw terhadap
kaumnya pun diuji. Beliau tak hanya berbuat baik pada orang yang berbuat baik
pada beliau, tapi beliau juga berlaku baik pada orang yang berlaku jahat pafa
beliau.
Malaikat Jibril a.s datang diikuti oleh Malaikat Penjaga Gunung, sembari
menawarkan pada Rasulullah Saw untuk meratakan penduduk Bani Thaif dengan dua
gunung yang berdiri kokoh di sekeliling mereka. Apa jawaban Nabi Muhammad Saw?
“Tidak. Saya berharap dari sulbi mereka Allah keluarkan orang-orang yang
menyembah Allah sebagai satu-satunya Tuhan, dan mereka tidak berlaku syirik
pada Allah dengan segala apapun”, harap Nabi Muhammad Saw.
Bayangkan, meski disakiti, beliau sama sekali tak terpikir untuk
menyakiti. Bahkan masih mengharapkan kelak anak-anak keturunan mereka beriman.
Begitulah salah satu cuplikan keindahan akhlak Nabi Muhammad Saw.
Satu kisah lagi hendak saya suguhkan. Saya mengambil kisah di Perang
Uhud. Ketika barisan umat Islam kocar-kacir setelah mendapatkan serangan balik
dari kafir Quraisy yang dikomandani oleh Khalid bin Walid, orang-orang kafir
Quraisy merangsek dan mendekat pada Nabi Muhammad Saw sebagai sasaran utama
mereka. Tak ayal, dengan sekuat tenaga mereka menghantam Rasulullah Saw dengan
baja. Pipi Nabi berdarah, dan giginya pecah. Dalam situasi kritis tersebut,
seorang sahabat menyela, “Ya Rasulallah, Mengapa kau tidak mengutuk mereka?”.
Rasulullah pun menjawab, “Saya tidak diutus untuk melaknat, tapi saya diutus
untuk menjadi rahmat”.
Rasulullah Saw tidak hanya menyayangi umat yang mengikuti beliau. Bahkan
orang yang sengaja merongrong dakwahnya pun memeroleh kasih sayang Nabi.
Rasulullah memerangi mereka bukan karena kebencian, tapi hendak menghilangkan
kebatilan agar tidak berlanjut. Bahkan kemarahan Rasulullah Saw pada orang
kafir, menurut Syekh Ramdhan Buthi, seperti kemarahan seorang ayah pada
anaknya. Berharap mendapatkan hidayah dari Allah Swt.
Karena beliau dipenuhi dengan cinta, itulah yang membuat akhlak beliau begitu indah.
0 comments