-->

Dunia Tidak Bergantung Pada Seseorang

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Dunia Tidak Bergantung Pada Seseorang

03 November 2023

Dunia Tidak Bergantung Pada Seseorang

03 November 2023



Anda menyaksikan orang yang telah mengukir kemajuan, namanya populer seantero negeri. Banyak prestasi dicetaknya, mengundang decak kagum rakyat. Seolah tanpa tangan dinginnya, negeri tidak mengalami kebangkitan, pertumbuhan, apalagi kemajuan. Kebergantungan padanya sangat kuat. Dengan berjalannya waktu, dia harus lengser dari jabatannya. Kalau diteruskan, dia terbentur oleh undang-undang. Dia terpaksa melepaskan jabatannya, harus rela diganti oleh orang lain.  

Apakah setelah suksesi kepemimpinan berjalan, kondisi negeri jadi morat-marit, tambah suram, tidak menentu? Nyatanya kehidupan negara terus berjalan dengan tiang pancang dan sistem yang telah diletakkan oleh para pendiri negara. Nilai-nilai yang telah menjadi kesadaran bersama (common sense) jadi pemandu agar roda negara terus berjalan. Andaikan semua orang hebat di negeri ini direnggut dan hilang dari negeri, tidak serta-merta negara hancur. Karena dibalik penguasa yang menggerakkan negara ada Allah yang selalu menjaga.

Setelah membahas sekelumit tentang negara, kita bergeser pada agama. Dahulu para sahabat—mungkin—selalu menghendaki bersama dengan Rasulullah Saw. Tidak terpisah dari beliau Saw karena beliau sebagai nafas bagi agama. Beliau sebagai simbol nyata bagi agama, sehingga terus menorehkan kecemerlangan. Diam-diam mereka khawatir bagaimana nasib Islam setelah ditinggalkan Nabi Muhammad Saw? Islam terus tergerek menuju kecemerlangan. Dan terus dijaga. 

Siapa yang menjaga Islam? Yang menjaga Islam adalah Allah sendiri. Tidak bergantung pada seseorang. Bahkan, sehebat apapun seseorang, dia tak sanggup memberikan hidayah pada orang yang dicintainya. Karena yang punya hak proregatif menyuntikkan hidayah hanya Allah. Meminjam ucapan Gus Baha, “Selama Al-Hadii ada, maka berarti selalu ada orang yang mendapatkan hidayah”. Mengapa? Karena Allah Maha Kekal, pun sifat Al-Hadi-Nya juga kekal. 

Di kala bermunculan orang hebat di dunia, seolah kehidupan berjalan aman, seperti kita berada dalam kondisi comfort zone. Akan tetapi, setelah orang hebat itu berlalu, apakah kemudian tidak terbit lagi orang hebat yang bisa menorehkan sejarah di dunia? Kejayaan dipergilirkan. Tidak digenggam oleh satu orang saja. Karena itu, tidak selayaknya orang merasa paling hebat dan seolah tak ada orang hebat selain dia. 

Ingatlah, kesombonganlah yang menenggelamkan manusia dalam kehinaan. Memang, tantangan orang yang diakui memberi kontribusi besar bagi sebuah negeri adalah sombong. Betapa hebatnya orang yang telah menjadi arsitek perubahan bagi dunia, tetapi sayap jiwanya terus merendah. Seolah rata dengan seluruh makhluk. Tidak tersentuh perasaan lebih baik daripada siapapun.

Anda tentu mengetahui tentang kisah Qorun. Dahulu, dia adalah pengikut setia Nabi Musa a.s. Sosok yang men-support dakwah Nabi Musa. Hanya saja, dia tidak puas dengan kondisi yang dialaminya saat itu. Dia ingin hidup sebagai orang yang kaya raya. Meski sempat disanggah sekaligus ditolak Nabi Musa, dia tetap saja memaksa agar Nabi Musa a.s mendoakan agar dirinya menjadi orang kaya. Nabi Musa a.s mendoakan Qorun, bahkan Qorun diberi amalan khusus untuk melesatkan kekayaannya. Benar saja, dalam waktu yang tidak seberapa lama, kekayaan Qorun meningkat tajam. 

Dia menjelma menjadi sosok yang kaya raya di seantero negeri. Hanya saja dengan kekayaan itu, dia tidak tergerak untuk dekat pada Allah. Malah, dia justru bertambah jauh dari Allah, pada ujungnya dia terjatuh dalam kesombongan. Merasa bahwa pencapaian cemerlangnya semata-mata karena ilmu dan usaha yang dia kerahkan. Dia telah menihilkan peran Allah Swt. Kesombongan itu telah meruntuhkan semua kekayaan yang dikumpulkan Qorun. Semua kekayaannya ditenggelamkan ke tanah.

Ada orang yang mungkin baik hati, dan selalu memberikan pelayanan terbaik pada kita. Dia tak pernah membuat orang lain kecewa dengan keputusan yang dibuatnya. Intinya, puas dengan segala macam pelayanan yang diberikan. Berbagai macam penilaian baik orang lain terhadapnya menumbuhkan bibit kesombongan. Dia menabalkan dirinya sebagai sosok terbaik. Merasa mulia. Merasa tinggi terus-menerus, sengaja menjadi branding baginya. Sehingga pada akhirnya muncul sebuah persepsi bahwa tanpa dia seolah kehidupan tidak akan jalan. Kalau menyimpang dari anjuran dan seruannya, negara seolah sedang berjalan menuju tabir kehancuran.

Jangan sampai kekuasaan dan ilmu pengetahuan membawa kita menjadi orang sombong. Kesombongan tumbuh karena orang lalai pada Allah. Dia tidak menyadari bahwa semua realitas kehidupan ini berjalan dengan rahmat-Nya dan bukan karena kedigdayaan manusia. Tak jarang, Allah menjaga negeri ini, misalnya, dari seorang yang tidak diperhitungkan, lalu dia diangkat, meluncurkan karya besar bagi negeri. Bahkan bisa morekatkan nama negeri di dunia. Jika Allah hendak menghambat gerak seseorang, meski dia dikenal sebagai tokoh dunia, tapi nyatanya tidak bisa memberi kontribusi apa-apa untuk kebangkitan negeri.

Manusia, sekuat apapun, masih memiliki keterbatasan. Keterbatasan itulah yang kadang menyelematkan manusia jatuh dalam liang kesombongan yang cenderung mengubur manusia dalam kehinaan.     

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang