-->

Respon Terhadap Pencaci

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Respon Terhadap Pencaci

17 November 2023

Respon Terhadap Pencaci

17 November 2023


 


Di suatu kesempatan, orang yang begitu besar kebenciannya pada Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq mendatangi rumah sahabat Nabi tersebut. Tanpa banyak berucap, dia tiba-tiba melempari kotoran binatang ke rumah Abu Bakar. Mengetahui kejadian tersebut, sosok yang dicintai Nabi tersebut tidak menunjukkan wajah yang muram. Tetap memancarkan keteduhan. Bahkan beliau menyertai dengan perkataan, “Alhamdulillah, ada orang yang mengirimkan pupuk untuk tanaman kami”.

Tentu lebih menakjubkan lagi akhlak Nabi Muhammad Saw. Ketika beliau dilempari kotoran saat sedang shalat, disertai dengan sumpah serapah. Tidak berhenti disitu, ketika berdakwah di Bani Thaif, beliau dilempari batu oleh penduduknya. Namun beliau sama sekali tidak menaruh kebencian, apalagi dendam. Bahkan timbul rasa kasihan di lubuk terdalam beliau, dalam bentuk mendoakan, semoga kelak dari sulbi mereka lahir orang-orang yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan Allah.

Sejak dahulu, sudah ada orang baik dan orang usil. Suka menggangu, bahkan berbuat aniaya. Di dunia ini kita menemukan bermacam karakter manusia. Segalanya bercampur. Apabila kita bisa menyikapi dengan cara terbaik, kesemuanya bernilai ibadah, sekaligus menghasilkan pahala. Iya, kita tidak terus berkumpul dengan orang baik saja, ada kalanya kita berinteraksi, bergaul, dan dipaksa bekerjasama dengan orang yang jahil.

Mungkin saja, Anda merasa terongrong, terus saja diusik, dan diganggu, lalu Anda ingin keluar dari perusahaan dan berpindah ke perusahaan lain. Anda—berharap—berpindah ke perusahaan lain akan bebas dari orang-orang yang suka usil nan the trouble maker. Keadaan itu, sudah pasti akan Anda alami. Karena sebagaimana orang baik bisa ditemui dimana saja, orang yang berlaku jahat juga demikian.

Agama tidak memastikan Anda hanya bergaul dengan orang baik. Tapi, agama memberikan panduan bagi Anda bagaimana bergaul dengan orang baik dan orang yang berkata, bertindak, dan bersikap jahat.


Pertama, memaafkan dan jangan pedulikan. Kalau ada orang yang berkata buruk dan mencela kita, sejak awal dalam hati kita sudah menyiapkan permaafan, dan jangan kita terus tersangkut dengan mereka. Tak usah dipedulikan. Diam adalah sikap terbaik, sembari memaafkan. Karena memaafkan bukan hanya menyelamatkan orang yang berucap buruk, tapi kita menyelamatkan diri dari pengaruh ucapan buruk tersebut. Allah berfirman :

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (QS. al-A’raf: 199)

Kedua, sampaikan ‘keselamatan bagimu’ Ketika Anda dijelek-jelekkan, dicaci maki dan direndahkan, tak usah membalasnya dengan caci maki yang sama. “Karena ketika Anda membalas caci maki dengan caci maki,” dawuh guru mulia, “maka Anda telah menghadirkan dua orang jahat. Dia dan Anda”. Ketika Anda tidak membalas caci maki dengan caci maki, maka ketahuilah makian tersebut kembali pada yang memaki. Mengapa? Karena Anda tidak menerima. Tapi, kalau Anda membalas berarti Anda menerima. Diamlah ketika mereka melontarkan caci maki.


Kalimat yang kita pilih untuk merespon mereka dalam pandangan Al-Qur’an adalah, ‘keselamatan bagimu’.

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا 

Hamba-hamba Tuhan Yang Mahapengasih itu berjalan di atas bumi dengan rendah  hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapakan salam”. (QS. Al-Furqon : 63)

Biasanya, orang tidak bisa memberi keselamatan terhadap orang lain melalui perkataan dan tindakannya, karena dia sendiri tidak mendapati hatinya selamat. Iya, orang hanya mempersembahkan apa yang dia punya. Kalau dia punya kebaikan, maka kebaikanlah yang dia bagikan. Sebaliknya, kalau keburukan yang dimiliki, keburukanlah yang ditebarkan.

Ketiga, ucapkan ‘subhanallah’ sembari menghayatinya. Ketika ada orang yang berkata buruk pada kita, boleh jadi itu sebagai alarm untuk menyadarkan bahwa kita bukan orang suci yang bebas dari cacat dan kesalahan. Setiap manusia, termasuk kita, tidak bebas dari kesalahan. Perasaan tersebut tentu saja menghilangkan keangkuhan, perasaan lebih mulia dari orang lain. Sembari menyadari bahwa yang Mahasuci dari kesalahan hanya Allah Swt.  

Keempat, menghayati ucapan ‘alhamdulillah’. Yang Mahaterpuji hanya Allah. Ketika kita ingin dipuji, sejatinya kita sedang berusaha mengambil hak Allah. Kalau kita dipuji oleh orang, bukan karena kita memang terpuji, melainkan karena Allah menutup kekurangan dan aib kita di hadapan orang lain, lalu Allah hiasi kita dengan image yang bagus. 

Sama sekali tidak sulit bagi Allah, orang yang semula bertabur pujian dan dielu-elukan oleh banyak orang tiba-tiba berbalik diserbu caci maki dari banyak orang. Dari situ, kita menyadari Yang Mahaterpuji hanya Allah. Dialah satu-satunya Zat yang layak memperoleh pujian. Kesadaran seperti ini tentu saja akan membimbing kita untuk tidak mudah sakit dengan celaan.

Kelima, sujud berserah diri pada Allah. Diharapkan setiap celaan dan perkataan buruk lainnya yang dialamatkan pada kita bisa berdampak positif, yakni mengikis dan melenyapkan keakuan yang berdiri kokoh. Kita memang bukan siapa-siapa, tidak lebih daripada debu, bahkan tak ada nilainya, sehingga kita luruh di hadapan Allah Swt. Ketika berserah diri, maka kita selalu menyadari bahwa setiap celaan yang menghampiri sudah tentu atas izin Allah.

Dengan demikian, celaan orang lain tidak berdampak buruk pada kita, justru bisa menjadi batu lompatan yang membawa kita pada kemuliaan, ketinggiaan derajat dpan kebahagiaan yang sebenarnya. Bahkan mengantarkan kita semakin mengenal Allah Swt sebagaimana diilustrasikan dalam firman Allah :

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ * فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ * وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ   

Artinya, “Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”. (QS Al-Hijr : 97-99)


 

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang