-->

Shalat Fasilitas Bertemu Dia

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Shalat Fasilitas Bertemu Dia

26 January 2024

Shalat Fasilitas Bertemu Dia

26 January 2024



Mungkin saja terbit bermacam pertanyaan, ketika Allah perintahkan zakat, puasa, dan haji cukup dengan perintah wahyu. Tapi mengapa, ketika terkait dengan shalat, Allah mengundang Rasulullah Saw ke hadirat-Nya? Harus melintasi langit ke langit, sehingga menembus sidratul muntaha?

Pertanyaan kedua, mengapa zakat, haji, dan puasa hanya dilakukan ketika mampu? Jika tak mampu, maka ada keringanan yang dihadiahkan? Puasa, bagi orang yang sudah sangat sepuh, secara fisik tidak memungkinkan menjalankan puasa, maka digantikan dengan fidyah. Tapi, tidak dengan shalat. Shalat tetap saja didirikan dalam kondisi dan keadaan apapun. Sebuah kewajiban yang selalu melekat pada seorang hamba. Jika Anda tak bisa shalat dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Kalau duduk juga tidak sanggup, bisa shalat dalam keadaan berbaring. Bahkan, kita bisa shalat dengan menggunakan isyarat mata.

Shalat merupakan sarana spiritual untuk menjalin konektivitas jiwa dengan Allah Swt. Dan kebutuhan kita pada-Nya melebihi kebutuhan kita pada oksigen. Adakah diantara kita bisa hidup tanpa memeroleh asupan oksigen? Tentu saja tidak bisa. Beberapa menit saja tidak mereguk oksigen, hidup kita mungkin saja segera berakhir. Kalau Anda tidak terhubung dengan Allah, mungkin fisik Anda masih tetap hidup, tapi jiwa Anda terlantar, terkapar, dan seperti terbakar. Ketahuilah, penghubung antara tubuh dan ruh adalah nafas. Ketika nafas terhenti, sinyal kehidupan Anda segera berakhir. Adapun penghubung antara ruh dan Allah adalah zikirullah. Semakin kuat zikir kita, maka rasa damai semakin merasuk ke dalam hati kita. Damai sendiri adalah tanda hidupnya hati.

Artinya, jika ingin merasakan kehidupan ruhani, maka Anda tak boleh meninggalkan shalat, dalam keadaan apapun. Karena shalat seperti halnya kabel, penghubung jiwa dengan pusat energi cahaya. Jika kabel putus, maka cahaya tidak akan mengalir ke dalam hati kita. Tanda cahaya terputus adalah kita menjadi tak bisa menyerap kebahagiaan. Rasa damai tidak kita rasakan.      


Saya Shalat, Tapi Tidak Bahagia

Jika kita belum bahagia ketika shalat, atau pasca mendirikan shalat, jangan buru-buru menyalahkan shalat yang tidak berdampak, apalagi kemudian berhenti mendirikan shalat. Kita perlu meneliti terlebih dahulu tentang shalat kita sendiri. Kuncinya, benahi shalat kita. Bukan dimensi lahir, tapi dimensi batin. Kalau shalat berhenti pada gerakan dan bacaan shalat saja, tidak berlanjut pada vibrasi rasa yang menjalar di hati, maka shalat sama sekali tidak menghasilkan kebahagiaan. Shalat sebatas menggugurkan kewajiban.

Meski Anda belum merasakan kebahagiaan dalam shalat, jangan berhenti membenahi shalat. Bahkan, ketika Anda bisa mendirikan shalat—meski belum khusyuk—tetaplah bersyukur, karena masih digerakkan oleh Allah untuk shalat. Karena tak sedikit orang yang meninggalkan dan menyia-nyiakan kewajiban shalat. Dikala Anda bersyukur atas karunia shalat, anugerah ruhani yang Allah berikan kepada Anda pun akan meningkat. Bukan sebatas shalat, tapi juga dibawa pada level sadar bahwa diri Anda shalat. 

Sadar atas kalimat yang dibaca, meski kadang-kadang pikiran juga berbelok pada perkara di luar shalat lalu kembali lagi pada kalimat yang kita baca, menyadari bahwa Anda sedang shalat. Bukan sedang jalan-jalan. Karena tak jarang kita sedang shalat, tapi pikiran sedang di jalan-jalan di taman rekreasi, atau mencari-cari sesuatu. Memang, kita perlu terus berbenah diri. 

Kita tidak bisa langsung menjalankan shalat secara sempurna lahir dan batin. Namun, kita perlu terus berjuang bagaimana shalat kita bisa membaik dari waktu ke waktu. Kita benar-benar tak pernah mengakses kebahagiaan dari luar. Cukup menegakkan shalat dengan benar, sepenuh hati, maka kita bisa menggali kebahagiaan dari taman jiwa kita sendiri. Jiwa yang telah terhubung dengan Allah.

Kalau Anda sudah sampai pada level ‘sadar’ ketika membaca kalimat-kalimat dalam shalat, kita naikkan pada level ‘merasa hadir’ di hadapan Allah. Menyadari bahwa kita tidak pernah jauh dari Allah sebagai Zat kita yang sembah. Kita sedang berhadap-hadapan dengan Allah. Kita merasa dipandang oleh Allah Swt. Dengan demikian, kita akan selalu berada dalam keadaan ingat Allah. Ingat Allah karena merasa selalu diingat, dilihat, dan diawasi oleh Allah. Takkan lepas meski sedetik dari pandangan Allah.

Intinya, kita terus membawa jiwa kita dari satu level kesadaran ke level kesadaran yang lebih tinggi dalam shalat, sehingga pada akhirnya shalat kita membuahkan kebahagiaan, bahkan kita menemukan kebahagiaan dalam shalat itu sendiri.


Shalat dengan Cinta

Cinta sebagai kata kunci untuk mendulang kebahagiaan. Setiap aktivitas yang disertai cinta akan selalu menghasilkan kebahagiaan. Sementara aktivitas yang absen dari cinta, tentu saja membuahkan kehampaan. Begitu juga shalat. Kalau shalat Anda dialiri cinta pada Allah, maka Anda akan menyerap rasa bahagia dalam shalat. Cinta sendiri tidak bisa dibuat-buat. Ia menyeruak dari kemurnian jiwa. Selagi hati masih tertutup karena masih tertarik oleh pesona duniawi, maka kita tidak bisa merasakan nikmatnya shalat. Sekali lagi, shalat merupakan media kita mengekspresikan cinta pada Allah.

Ketika shalat, kita sedang dibawa mikraj menuju Allah. Karena shalat merupakan mikraj bagi orang beriman. Lantas siapa orang beriman? Orang beriman bukan sebatas orang yang percaya pada Allah, melainkan juga orang yang hatinya dipenuhi cinta yang amat pada Allah. Baginya, adzan adalah panggilan dari kekasih yang perlu segera didatangi. 

Maka jiwa menjadi sangat bergembira. Seperti Anda yang sudah sangat rindu bertemu kekasih, lalu Anda dipanggil untuk mendatanginya. Tentu saja Anda segera menyambut panggilannya dengan riang gembira. Bahkan mungkin saja Anda bergegas lari kencang untuk segera bertemu dengan kekasih Anda. Tentu saja tak ada kebahagiaan melebihi pertemuan dengan kekasih. Jika Anda diundang kekasih untuk datang ke rumahnya, pasti Anda sangat bahagia.

Ketika azan berkumandang, Anda sedang diundang oleh Allah ke rumah-Nya. Berjumpa dengan-Nya. Anda melewati lapis demi lapis pengalaman ruhani dalam shalat ketika dijiwai dengan cinta pada Allah. Kalau Anda bertemu dengan kekasih, semua kesusahan, kegalauan, dan kesedihan akan tertindih, bahkan memudar tersebab kesadaran bahwa telah terserap sepenuhnya pada kekasih.

“Gembirakan kami, wahai Bilal!”. Sabda Rasulullah Saw mengandung makna, bahwa shalat merupakan wahana kita untuk mengakses kebahagiaan. Jiwa akan merasa istirahat. Segala bentuk ketegangan yang menyergap jiwa akan hilang. Semua itu akan diperoleh ketika hati dipenuhi rasa cinta pada Allah. Iya, shalat yang dijiwai dengan cinta pada-Nya.

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang