-->

Summary Ngaji 10 Juli 2024: Dari Sini Perjalanan Dimulai

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Summary Ngaji 10 Juli 2024: Dari Sini Perjalanan Dimulai

20 July 2024

Summary Ngaji 10 Juli 2024: Dari Sini Perjalanan Dimulai

20 July 2024


 

Sebagai penyegaran ingatan kita bahwa di dalam islam terdapat bulan-bulan yang di muliakan oleh Allah (أشهر الحروم) yakni dzul qa'dah, dzul hijjah, Muharram dan rajab. Di dalam bulan-bulan tersebut pada zaman dahulu dilarang ada genjatan senjata atau peperangan. Baik orang Islam sendiri Yahudi maupun kafir semua memahami tanpa harus ada perjanjian tertulis. Di kalangan Islam sendiri figur yang paling berpegang teguh adalah sosok Nabi Muhammad tentunya beserta para sahabatnya yang sangat loyal terhadap beliau. Perintah ini semata-mata bukan keinginan beliau akan tetapi sudah menjadi ketentuan Allah. 


Di momen Muharram ini banyak peristiwa-peristiwa besar terjadi. Diantaranya peristiwa kemenangan nabi-nabi Ulul Azmi dan di terimanya taubat para Nabi. Dalam serial rangkuman kali ini terlebih dahulu akan dibahas mengenai taubatnya para nabi. Hal yang menjadi tendensi bukan membicarakan panjang lebar bagaimana Nabi bertaubat, akan tetapi fokus ulasan ini adalah spirit taubat itu sendiri. 


Mengawali bulan pertama kalender hijriah yakni Muharram, secara hierarkis juga tepat bila di awali dengan bertaubat. Kenapa ? Karena sejatinya tiada lain maksud hakiki seorang hamba ialah menggapai puncak ketakwaan. Tidak mungkin bertengger di puncak tanpa terlebih dahulu berestafet meniti jalan terjal menujunya. Nah hierarki yang perlu dipijaki pertama adalah taubat. Di atas piring yang bersihlah (taubat) makanan lezat (puncak ketaqwaan) bisa dihidangkan dan menjadi layak di konsumsi. Bagaimana mungkin menghidangkan makanan lezat di atas nampan yang kotor ? Alih-alih menghormati tamu kita malah mengecewakannya. Begitulah kira-kira gambaran yang mudah mengilustrasikan taubat dan korelasinya terhadap puncak ketaqwaan. 


Nabi Daud a.s bersabda : اني مهاجر الى ربي  "aku hijrah menuju Allah". Berhijrah artinya berpindah dari suatu hal ke hal yang lain tanpa menyisakan sedikit pun bekas. Demikian juga bertaubat adalah meninggalkan kebiasaan buruk kita menuju kebiasaan baik dengan tekat tidak mengulanginya lagi di kemudian hari. Sebenarnya yang menjadi spirit taubat adalah kesadaran kita terhadap dosa-dosa yang dilakukan baik disengaja maupun tidak dan tekat yang kuat untuk tidak mengulanginya lagi. 


Tidak terlalu sulit bagi kita untuk menentukan apa kiranya dosa yang telah dilakukan oleh kita sehingga butuh pertaubatan. Yang sulit sebenarnya adalah kurangnya kesadaran kita untuk bertaubat atau paling jauh kita menganggap enteng perkara dosa yang kita lakukan. Adakalanya karena sudah terbiasa melakukan atau terbesit di benak bahwa apa perlunya bertaubat toh jika kemudian akan mengulanginya lagi. Ini adalah jenis penghambat kita bertaubat yakni "kurangnya kesadaran". 


Pun tidak sulit juga berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi. Adapun kesulitan sebenarnya adalah teguh terhadap komitmen. Keduanya secara eksplisit tampak sama akan tetapi secara implisit berbeda. Berkomitmen untuk tidak mengulangi lagi secara akal bisa dilakukan oleh setiap manusia apapun level pengalaman spiritualnya. Akan tetapi teguh terhadap komitmen itu adalah tergantung personalitas manusia. Orang yang pada awalnya berkomitmen tidak melakukannya lagi kemudian di lain waktu terjerumus melakukannya lagi adalah sejenis kelemahan hati dan faktor paling dominan tertundanya sebuah taubat. 


Lalu apakah pertaubatan adalah menara gading yang sulit dicapai ? Atau dengan bertaubat sekali sudah tidak perlu pertaubatan lagi di kemudian hari ? Atau bagaimana cara bertaubat dari sesuatu yang sulit kita tinggalkan ? Atau apakah taubatan nasuha itu dan bagaimana cara mendapatkannya ? Untuk memberikan pandangan tentang taubat maka akan dipaparkan jenis-jenis taubat. 


1. Taubah : meninggalkan maksiat menuju taat. Wilayahnya adalah apa-apa yang secara dzohir tampak oleh mata seperti seluruh anggota badan kita, mulut, kaki, tangan dst. Dengan cara meninggalkan kebiasaan buruk yang ditimbulkan oleh anggota badan tersebut. 


2. Inabah : meninggalkan cinta dunia menuju cinta pada Allah. Apa tandanya kita mencintai dunia ? Adalah bersarangnya tiga penyakit pada diri kita yakni sombong, iri dan riya' . Hal ini samar sekali dan rentan hinggap pada diri kita.


3. Aubah : meninggalkan ghoflah (lupa pada Allah) menuju dawamul dzikir (selalu mengingat Allah). Tingkatan ini biasanya dialami oleh salik yang Sholeh atau para murabbi. Apakah orang awam bisa mengalami seperti ini ? Bisa, asalkan Taubah dan inabahnya kelar. Kerena bagaimana mungkin berdawamul dikr sementara anggota badan kita sibuk begaul dengan setan. 


Dengan jenis-jenis taubat ini, seseorang bisa menggapai puncak ketaqwaan dengan berestafet. Dengan memulainya dari perkara-perkara yang tampak kelihatan oleh mata sampai yang terbesit dalam hati. Karena kebaikan akan menarik kebaikan lain. 


Barangkali kegundahan yang kita alami dalam hidup tersebab dosa kita yang lama mengendap di dada yang membuat tabir pemisah antara kita dan kebahagian. Dan barangkali juga Rahmat Allah tidak terlalu deras bercucuran kepada kita oleh sebab dosa kita yang sudah beranak Pinak. Ada sebuah maqolah mengatakan 

قد يكون السبب الذي لا يزال يحبس عنك الرزق هو ذنب قديم لا زالت آثاره باقية استغفر ! 

"Kadang-kadang yang menjadi penyebab macetnya rizkimu adalah dosa lama yang mengendap dan masih membekas maka istighfarlah"


-Hilman Arif Maulana-

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang