Berfilsafat ala Taoisme
09 August 2024
Dalam Babakan sejarah filsafat, bangsa Yunani adalah bangsa yang terkenal sebagai pendiri filsafat. Hal itu bermula dari rekam jejak intelektualnya yang masih bisa kita lacak hingga hari ini. Namun bukan menafikan bahwa bangsa lain tidak memiliki sejarah intelektual segemilang bangsa Yunani. Ada juga bangsa yang jauh lebih purba dari bangsa Yunani yakni bangsa Mesir yang diperkirakan ada 4000 tahun sebelum Masehi.
Namun sejarah khususnya sejarah intelektual tidak meletakkannya sebagai pendiri filsafat. Mungkin karena hanya yang ditemukan oleh arkeolog atau sejarawan hanyalah bangunan kuno. Hanya saja sejarawan menemukan lalu mencatat bahwa sejarah awal intelektual dunia dimulai dari bangsa Yunani kuno.
Hal ini karena ditemukannya gagasan dari orang-orang miletus (sekarang daerah turki bagian timur) tentang struktur awal penciptaan bumi. Mereka seperti Thales yang mengatakan bahwa unsur utama bumi dan isinya ini terbuat dari air, anaximander yang mengatakan materi bumi terbuat dari partikel paling kecil di alam semesta (kita menyebutnya sekarang sebagai proton), serta anaximenes yang mengatakan materi pokok bumi adalah empat bagian yakni tanah, air, udara dan api.
Memang pemikiran seperti itu sekarang sudah usang bahkan cenderung ditinggalkan karena banyaknya teori-teori sains modern yang membantahnya. Namun, harus diakui bahwa sumbangsih mereka dalam filsafat alam telah membidani orang-orang modern dalam sains.
Selain itu, ada juga sejarawan yang memulai sejarah intelektual dunia justru dari asia, tepatnya India. Walaupun corak filsafat india yang agamis bukan rasional murni tetapi tetap sejarawan mencatat sebagai sesepuh filsafat. Tidak hanya di India daratan china juga menjadi lahan subur bagi para filsuf seperti konfusius, Lao Tzu, Sun Tzu dll. Kelak murid-murid konfusius inilah yang disebut sebagai aliran konfusiusme melahirkan agama Kong Hu Chu. Sementara kebijaksanaan Lao Tzu kelak menjadi filsafat Taoisme.
Mari sejenak kita rehat di pundak filsafat Taoisme. Kebijaksanaan, apapun atau siapapun yang mengajarkannya harus kita renungkan dan jadikan prasasti hidup. Sebagai muslim kita tidak sependapat dengan agamanya Mahatma Gandhi yang Hindu itu. Tentu bagi Gandhi sebaliknya. Namun kebijaksanaan Gandhi tentang ahimsa (jangan melukai siapapun) harus kita akui jauh lebih baik daripada terorisme isis, Taliban dll walaupun mereka adalah muslim.
Karena kebijaksanaan lahir dari jiwa yang cerlang bukan dari nafsu melacur atas nama agama. Ini sangat penting dan sampai di titik inilah filsafat menjadi sangat layak dipelajari. Bahkan ketika Ibnu Rusyd ditanya apa hukum filsafat ? Beliau menjawab jika tidak wajib maka Sunnah mempelajarinya.
Nah Lao Tzu yang ajarannya dikenal sebagai Taoisme itu ada yang mengatakan sezaman dengan konfusius ada juga yang mengatakan lebih dulu dari konfusius bahkan konfusius pernah menimba ilmu kepadanya. Namun lepas dari itu semua Lao Tzu adalah sosok bijak yang hidup zaman china kuno. Ajaran-ajaran nya berkaitan dengan filsafat hidup serta bagaimana seharusnya menjalaninya. Salah satu yang paling terkenal yakni ajaran wu wei (tidak melakukan apa-apa).
Namun bukan berarti tidak melakukan apapun melainkan tidak berusaha menahan-nahan diri atau melakukan sesuatu tanpa paksaan. Dengan mengikuti arah ini, kaum Taois mengatakan manusia mestinya dapat meraih banyak hal dan tercapai segala cita. Mereka menggunakan ilustrasi tentang pemanah, yang menampilkan keahlian terbaiknya ketika tidak ada yang dipertaruhkan, namun ketika ditawari hadiah besar untuk bisa mengenai targetnya malah menjadi tegang dan gugup sehingga melesat. Dan prinsip hidup seperti ini mereka aplikasikan di segala bidang. Baik politik, pendidikan, ekonomi, hukum dll.
Memang, secara psikologi analitik manusia bertambah ke tidak PD-an nya ketika dihadapkan kepada khalayak umum. Kadang memang faktor penyakit mental kadang juga karena jarangnya mental diasah sehingga apabila badan normal tiba-tiba menjadi demam ketika naik panggung pada satu tarikan nafas keadaan demikian berakibat tidak maksimalnya potensi kita.
Orang bisa jadi menjadi orator ulung di depan cermin kamar tidurnya, namun di depan orang banyak apalagi kontra pemikiran dengannya mendadak dia buntu otaknya. Pun demikian dalam beragama, jika di benak kita hanyalah terbayang kejamnya siksa kubur dan tuhan hanya memiliki sifat penyiksa maka orientasi ibadah kita hanyalah takut pada Allah dalam satu tarikan nafas apabila kita tergelincir melakukan dosa maka Allah menutup rapat pintu ampunannya.
Maka terbanglah setinggi langit tinggalkan kicauan lapar anak-anak. karena pabila mendekam diri memeluk mereka maka yang terlihat hanyalah hijau rerumputan di depan, namun pabila dikepakan sayap setinggi langit akan lebih leluasa mentarget mangsa yang layak bagi suapan mereka.
Kadang hidup memang nekat, karena jurang yang besar tidak cukup hanya dengan langkah yang kecil. Hal yang menghambat langkah sebenarnya bukan ketidakmampuan kaki kita melangkah, melainkan terlalu lebarnya telinga menimang aneka masukan manusia. Padahal salah satu kemustahilan dunia adalah memuaskan semua manusia.
Semoga bermanfaat !
Tabik,
-Hilman Arif Maulana-
0 comments