Kedengkian dan Kebencian Terus Menyebar
02 September 2024
Betapa banyak
orang kelimpungan, panik, dan bahkan stress dikala diserbu virus ganas
sekaligus mematikan. Mereka berlari, berlindung, dan bahkan mengurung diri seraya
berharap selamat dari virus tersebut. Virus ini sangat berbahaya bagi kehidupan
dunia. Akan tetapi, banyak orang merasa aman dari virus hati yang bisa
menyerang tiba-tiba, membuat pertahanan kebahagiaan rapuh. Roboh dan hancur
menjadi serpihan penderitaan yang menyakitkan.
Virus yang
menyerang fisik berbahaya bagi kehidupan duniawi, tapi virus ruhani ini tidak
hanya mengancam kehidupan dunia, tapi juga berlanjut pada kehidupan akhirat.
Karena ketika orang sakit hati, dia telah menutup dirinya dari kebahagiaan. Dia
membiarkan diri terkubur dalam penderitaan.
Virus hati
bisa menggerogoti seluruh bangunan kebahagiaan yang selama ini dipelihara oleh
kita. Dia bisa melahap, membakar, dan membiarkan bangunan itu jadi abu. Hancur percuma.
Virus yang sangat berbahaya adalah kedengkian dan kebencian. Kebencian bagaikan
api yang membakar kumpulan kebahagiaan yang sudah menumpuk dalam hati kita.
Bayangkan, seseorang telah dianugerahi rumah baru, tentu saja sudah merasa senang dengan anugerah tersebut. Tiba-tiba dia mendengar orang satu leting dengannya, sekaligus jadi musuh bebuyutan, juga bisa membeli rumah dan mobil, yang lebih mewah dari apa yang dimilikinya.
Mendadak kedengkian menyerang hatinya, sehingga rasa
senang karena punya rumah baru akan memudar. Bahkan berubah penderitaan.
Mengapa? Sebab kebencian menjalar hingga ke dalam hatinya. Seketika mengusir
rasa bahagia yang bersemi di hati. Jika hati telah dilalap kebencian, segala
bentuk kebahagiaan yang berhimpun akan melompat dari hati.
Saya masih
teringat apa yang disampaikan guru saya, bahwa kedengkian tidak akan menyapa
ahli surga. Iya, di surga tidak ada kedengkian. Jika seseorang terjangkiti
penyakit dengki, maka meskipun sudah di surga, dia bisa diusir dari surga.
Sadarilah, Iblis keluar dari surga. Dia bukan tiba-tiba dikeluarkan, melainkan
karena dia tidak memenuhi kualifikasi sebagai ahli surga. Ahli surga seharusnya
bebas dari kedengkian, sementara Iblis sedang dikuasai oleh kedengkian. Karena
itu, dia dikeluarkan dari surga.
Sementara
orang yang belum masuk surga, maka dia telah mereguk rasanya surga ketika
hatinya telah terbebas dari kedengkian dan kebencian.
Adalah seorang
sahabat yang tidak terlalu dikenal, karena beliau bukan bintang dari
sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Di suatu kesempatan, Rasulullah Saw sedang
menggelar majelis, tiba-tiba datanglah sesosok sahabat yang wajahnya masih ada
bekas air wudhu. Dia datang terlambat. Meski dia datang terlambat, Rasulullah
Saw menegaskan bahwa dia adalah ahli surga. Bukan hanya sekali pernyataan itu
diucapkan Rasulullah Saw di tengah-tengah sahabatnya. Terhitung beliau
menyampaikan tiga kali dalam kesempatan yang berbeda.
Tentu saja
para sahabat penasaran dengan orang tersebut. Salah satu sahabat yang penasaran
adalah Abdullah bin Amr. Abdullah bin Amr berinisiatif untuk menyelidi apa
kiranya amalan dari sahabat yang dipuji Rasulullah Saw, yakni Abu Damdam,
hingga Rasulullah menegaskan sebagai ahli surga.
Abdullah bin
Amr bertandang ke rumah Abu Damdam. Dia mengutarakan sedang ada masalah pribadi
antara dia dan orang tuanya. Tentu saja Abu Damdam tidak keberatan menerima
Abdullah bin Amr untuk menginap di rumahnya. Kesempatan yang diberikan oleh Abu
Damdam tidak disia-siakan oleh Abdullah bin Amr untuk menelusuri dan mencermati
apa kiranya amalan istimewa yang dilakukan oleh Abu Damdam.
Setelah
melakukan pengamatan, penelusuran secara cermat, dia tak menemukan amalan
istimewa dari Abu Damdam. Terkait ibadah, dia tampak seperti sahabat yang lain.
Bahkan mungkin masih lebih banyak sahabat yang jauh lebih hebat daripada Abu
Damdam.
Setelah
beberapa malam menginap, Abdullah bin Amr tidak menemukan keistimewaan yang
melekat pada Abu Damdam. Abdullah bertanya pada Abu Damdam, “Wahai Abu Damdam,
sebenarnya saya tak punya masalah dengan ayahku. Saya hanya penasaran dengan
pernyataan Rasulullah Saw yang menegaskan bahwa kau ahli surga. Apa kiranya
amalan kamu yang paling istimewa?”
“Ibadah saya
sama saja seperti yang sahabat lakukan. Bahkan mereka lebih hebat daripada
saya. Akan tetapi, setiap mau tidur, saya memastikan bahwa saya tidak menyimpan
kebencian di hati, dan memastikan memaafkan siapa saja yang berbuat salah pada
saya”.
Tersingkaplah
rahasia tingginya kedudukan Abu Damdam. Ternyata karena beliau tidak pernah
menyimpan kedengkian dan kebencian pada siapapun. Bahkan telah membebaskan diri
dari kebencian tersebut dengan cara memaafkan siapa saja yang pernah berbuat
salah padanya.
Dari kisah
ini, kita bisa memetik kesimpulan bahwa hanya orang yang terbebas dari
kedengkian dan kebencian yang akan bisa meraup kebahagiaan. Sementara orang
yang terbelenggu kedengkian, dia tetap saja terpenjara dalam neraka
penderitaan.
Banyak orang mengalami kekeringan spiritual, sehingga mudah marah, dan memuntahkan sekaligus menjalarkan kemarahan kemana-mana. Sementara yang tergelar di depannya adalah rerantingan yang kering, sehingga mudah sekali terbakar dan menjalar dengan sangat cepat.
Kemarahan satu orang menjalarkan vibrasi pada yang lain. Bahkan
orang yang sama-sama marah jika mereka membuat kerumunan, bisa membakar sebuah
kota. Kini, kebencian menjalar sangat cepat bukan hanya satu kota, bukan hanya
satu negara, bahkan menular cepat ke seluruh dunia. Media sosial yang menyebar
ke seluruh jagat membuat segala informasi bahkan kondisi emosional menyebar
sangat cepat ke seluruh dunia.
Kita dihadapkan pada era dimana semua orang berbicara, semua orang berpeluang menulis. Iya, tidak hanya penulis yang bisa menulis. Semuanya bisa menulis. Menulis status di timeline media sosialnya masing-masing. Mereka bebas berbicara dan menulis sesuai seleranya. Tanpa harus menimbang apakah tulisan dan perkataannya bisa menyinggung dan melukai orang lain.
Asalkan memberi
kepuasan pada diri sendiri, tak soal orang lain sakit hati. Kini orang tak
menikam dengan belati. Namun, sedang menikam dengan kata-kata nyinyir,
kalimat-kalimat sarkastik, dan ucapan yang menusuk. Jika kalimatnya berdampak
pada pembelahan umat, dia bangga. Karena dia telah berhasil memisahkan kelompok
yang selama ini bersatu padu dan saling mencintai satu sama lain.
Pendengki
Musuh Allah
Ingatlah,
dengki memiliki daya rusak yang sangat besar. Karena melihat orang dari
kalangan tertentu mengalami naik daun, sementara kelompoknya tidak terlalu
menarik di pasar, maka kemudian dicari berbagai cara untuk menyingkirkan orang
tersebut.
Perlu kita
ketahui bahwa setiap kedudukan yang dicapai seseorang bukan semata-mata karena
upaya orang tersebut, akan tetapi karena Allah hendak memasukkan dia pada
kedudukan tersebut. Karena itu, ketika orang tersulut kedengkian atas nikmat
yang digapai orang lain, sejatinya dia tidak berkenan, alias tidak setuju,
alias melawan kehendak Allah.
Ketahuilah,
kehendak Allah adalah kokoh, kuat, dan teguh. Siapa yang hendak mendobrak atau
menghantam kehendak Allah, maka alih-alih takdir yang ditetapkan Allah luruh
dan roboh, justru yang terpelanting dan terjatuh adalah orang yang melawan
kehendak Allah.
Tak ayal,
ketika hati seseorang dijangkiti kedengkian, maka semua kebaikan akan habis.
Kesemua kebahagiaan menjadi hancur berserakan tersebab kedengkian. Bahkan
disebutkan bahwa kedengkian akan merusak iman seperti cuka merusak susu.
Selain itu,
efek dari kebencian tidak hanya dirasakan di dunia saja, tapi juga akan
berlanjut pada kehidupan di akhirat. Tidak salah, jika kelak di akhirat, banyak
orang yang saling tuntut-menuntut. Membalaskan perasaan sakit yang dialami oleh
karena perbuatan zalim orang lain. Padahal, kita tahu, selagi orang menyimpan
kebencian—dendam—maka hati kita terus menampung neraka penderitaan yang tak
pernah padam.
Karena itu,
tak ada jalan lain agar kita mereguk kebahagiaan surgawi di dunia, kita harus
memadamkan kebencian dengan cara memaafkan. Makin lapang dada kita memaafkan
kesalahan orang lain, insya Allah jiwa kita akan diisi dengan kebahagiaan yang
meluas dan meluap.
0 comments